Senin, 24 Februari 2014

Posted by Unknown On 03.42


Satu lagi senjata tradisional milik negeri Indonesia disaji sebagai pelengkap koleksi budaya. Rencong atau Rincong atau Rintjoeng adalah senjata pusaka bagi rakyat Aceh dan merupakan simbol keberanian, keperkasaan, pertahanan diri dan kepahlawanan aceh dari abad ke abad.
Menurut salah satu sumber Rencong telah dikenal pada awal islam kesultanan di abad ke-13. Di zaman kerajaan Aceh Darussalam rencong ini tidak pernah lepas dari hampir setiap pinggang  (selalu diselipkan dipinggang depan) rakyat Aceh, yang rata-rata punya keberanian luar biasa baik pria maupun wanita karena rencong ini bagi orang Aceh ibarat tentara dengan
bedilnya yang merupakan simbol keberanian, kebesaran, ketinggian martabat dan keperkasaan orang Aceh sehingga orang-orang Portugis atau Portugal harus berpikir panjang untuk mendekati orang Aceh. Di masa kini Rencong mempunyai tingkatan yang menjadi ciri khas strata masyarakat, untuk seorang Raja/Sulthan dan Ratu/Sulthanah untuk sarungnya terbuat dari gading dan untuk belatinya terbuat dari emas hingga sampai ke strata masyarakat bawah untuk sarung terbuat dari dari tanduk kerbau ataupun kayu dan untuk belati terbuat dari kuningan atau besi putih tergantung kemampuan ekonomi masing-masing.
Aceh sebagai sebuah kekuatan militer penting di dunia Melayu, dengan persenjataan yang sangat unik. Karena hubungan internasional dengan dunia barat, bentuk rencong juga mulai mengikuti perkembangannya, terutama Turki dan anak benua India. Rencong juga mempunyai kesamaan dengan blade yang dipakai oleh prajurit Turki di masa Sulthan Mahmud kerajaan Ottoman Turki dan juga Mughal scimitar dari beberapa orang dengan gaya rapiers dan daggers ( bahasa bule ) yang bergantung gantung dari ikat pinggang di tembok gantung Madras, India tahun 1610-1620.
Sumber Belanda Yang merujuk pada persenjataan Aceh di abad ke 14. Contoh persenjataan ini dapat dilihat dalam ilustrasi buku baik pada perang kolonial Belanda yang dihasilkan oleh Pusat Data Dokumentasi dan di Aceh pada tahun 1977.
Sebuah majalah artikel populer yang menyatakan bahwa bentuk rencong itu invented di Aceh pada abad 16 pada zaman Sultan Al- Kahar, Sultan yang mempunyai hubungan dekat dengan Khalifah Turki Ottoman, disaat meminta bantuan untuk menyerang Portugis.
Menurut salah satu sumber juga, pada abad ke 18 tokoh pahlawan sastra Pocut Muhammad untuk memerintahkan membuat rencong sebanyak-banyak karena persediaan baja yang menumpuk, rencong ini dapat dilihat di Museum Praha, Ceko.
Rencong yang paling berharga dari abad ke 19 dengan ukiran huruf Arab ada di museum Jakarta .
Di masa lalu, simbolisme islam dari rencong telah dihubungkan dengan Perang Suci atau jihad. Dengan kekuatan senjata ditangan dan keyakinan pada kuasa Allah. Rencong seperti memiliki kekuatan yang ghaib. sehingga bagi masyarakat Aceh sangat terkenal pepatah :
“Tatob ngon reuncong jeuet Ion peu-ubat, nyang saket yang tapansie Haba.”
Di masa Aceh mengusir Portugis dari seluruh tanah sumatra dan tanah malaka serta masa penjajahan Belanda rencong merupakan senjata yang mematikan disamping pedang dan bedil yang digunakan di medan perang, tidak hanya oleh para Sulthan, Laksamana, Pang, Pang sagoe, Uleebalang, Teuku, Teungku Agam, Sayed, Habib Cut Ampon, Cut Abang ( para kaum pria ) namun juga oleh Teungku Inong, Syarifah, Cut Kak, Cut Adoe, Cut Putroe, Cut Nyak (kaum wanita). Senjata ini diselipkan di pinggang depan setiap pria dan wanita perkasa Aceh sebagai penanda Keperkasaan dan ketinggian martabat, sekaligus simbol pertahanan diri, keberanian, kebesaran, dan kepahlawanan ketika melawan penjajah Belanda.
Dalam perjuangan dan pertempuran melawan Portugis dan Belanda, sejarah mencatat nama-nama besar pahlawan-pahlawan dan srikandi Aceh, seperti Tgk Umar, Panglima Polem, Teungku Chik Ditiro, Laksamana Malahayati, Pocut Meurah Intan, Pocut Baren, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Teungku Fakinah yang tidak melepaskan rencong dari pinggangnya.
Rencong memiliki makna filosofi religius dan keislaman, Gagangnya yang berbetuk huruf Arab diambil dari padanan kata Bismillah. Padanan kata itu bisa dilihat pada gagang yang melekuk kemudian menebal pada bagian sikunya. Gagang rencong berbentuk huruf Ba, gagang tempat genggaman merupakan aksara Sin, lancip yang menurun ke bawah pada pangkal besi dekat gagangnya merupakan aksara Mim, Pangkal besi lancip di dekat gagang yang menyerupai lajur-lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya melambangkan aksara Lam, Bagian bawah sarung memiliki bentuk huruf Ha, sehingga keseluruhan hurup “Ba, Sin, Mim, Lam, Ha“, susunan huruf yang terbaca membentuk kalimat Bismillah. Ini merupakan lambang yang memperlihatkan karakteristik masyarakat Aceh yang sangat berpegang teguh pada kemuliaan ajaran Islam.
(sumber:http://zipoer7.wordpress.com/2010/01/20/rencong-milik-aceh/)

0 komentar:

Posting Komentar