Senin, 24 Februari 2014

Posted by Unknown On 02.57


Suku Dayak adalah suku yang gemar sekali berpetualang, sehingga untuk memberi kenyamanan dalam perjalanannya seorang putra dayak akan melengkapi dirinya dengan senjata. Salah satu senjata yang pasti dibawa dalam sebuah perantauan adalah mandau. kenapa harus mandau, mari simak keistimewaan mandau bagi masyarakat di pulau Borneo ini.
Mandau adalah salah satu senjata suku Dayak yang merupakan pusaka turun temurun dan dianggap sebagai barang keramat. Di samping itu mandau juga merupakan alat untuk memotong dan menebas tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya, karena nyaris sebagian besar kehidupan seharian orang Dayak berada di hutan, maka mandau selalu berada dan diikatkan pada pinggang mereka.

Sering kali orang terkecoh antara mandau dan parang atau yang disebut ambang atau apang. Seorang yang tidak terbiasa akan dengan mudah mengira bahwa ambang atau apang adalah mandau karena memang bentuknya sama. Namun bila diperhatikan lebih seksama perbedaan akan ditemukan, yaitu mandau lebih kuat dan lentur karena terbuat dari batu gunung yang mengandung besi dengan proses pengolahan sedemikian rupa, sedangkan ambang atau apang terbuat dari besi biasa.
Mandau bertatah, atau berukir  dengan menggunakan emas, perak atau tembaga sedangkan ambang atau apang hanya terbuat dari besi biasa.
Mandau atau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau dirawat dengan baik karena diyakini bahwa mandau memiliki kekuatan spiritual yang mampu melindungi mereka dari serangan dan maksud jahat lawan. Di samping itu diyakini bahwa mandau dijaga oleh seorang perempuan, yang apabila pemilik mandau bermimpi dijumpai perempuan penunggu mandau, berarti rezeki.
Mandau selain dibuat dari besi batu gunung dan diukir, pulang atau hulu mandau  yang biasa disebut pulang mandau juga  dibuat berukir dengan menggunakan tanduk rusa untuk warna putih dan tanduk kerbau untuk warna hitam Namun dapat pula dibuat dengan  menggunakan  kayu kayamihing. Untuk memproses pembuatan pulang mandau dengan  kayu kayamihing terlebih dahulu batang kayu yang akan digunakan tersebut direndam dalam tanah luncur yaitu tanah yang ditemukan di daerah pantai. Dibagian ujung pulang mandau diberi bulu binatang atau rambut manusia. Untuk merekatkan mandau dengan pulangnya digunakan getah kayu sambun yang telah terbukti daya rekatnya.
Dibutuhkan kemampuan memilih bebatuan yang mengandung besi bila mengawali pekerjaan ini. Kemudian bebatuan yang terkumpul mereka masak dalam tumpukan ranting-ranting dan daun kering dengan menggunakan alat yang disebut puputan, hingga batu-batuan itu bernyala. Dalam keadaan bernyala, bebatuan dimasukkan ke dalam air, bebatuan mendidih di air, dan terurai. Butir-butiran besi yang dihasilkan diolah menjadi bahan pembuatan mandau. Besi mantikei sangat keras, tajam, dan elastis, juga mengandung bisa, disamping itu mahluk halus yang punya maksud jahat takut pada daya magis yang dimiliki oleh besi mantikei tersebut.
Membuat Mandau dengan besi mantikei prosesnya lebih mudah karena pemanasan cukup sekali saja, tidak perlu diulang-ulang. Setelah sekali dipanaskan, sekali dicelupkan ke dalam air, yang biasa disebut suhup lewa, besi mantikei tersebut dapat segera diproses menjadi bentuk mandau yang diinginkan. Dari tetek tatum diketahui bahwa mereka yang mampu mengolah besi batu gunung menjadi mandau hanyalah Pangkalima Sempung dan Bungai serta anak turunannya saja.
Kumpang mandau ialah sarung mandau. Kumpang mandau dibuat dari batang pohon kayu bawang, atau kayu garunggung yang  telah tua usianya. Pada umumnya ketika membuat kumpang lebih cendrung dipilih bahan kayu garunggung karena selain mudah dibentuk, juga tidak mudah pecah. Bagian ujung kumpang mandau tempat masuknya mata mandau dilapisi tanduk rusa. Pada kumpang mandau diberi tiga tempuser undang yaitu tiga ikatan yang terbuat dari anyaman rotan. Apabila Tempuser undang berjumlah empat buah berarti mandau tersebut adalah milik pangkalima.  Ukiran yang populer digunakan pada  kupang mandau ialah ukiran Rambunan Tambun.
Peralatan pada saat membuat kumpang mandau ialah rautan, pisau, jujuk, dan daun ampelas. Agar kumpang mandau menjadi halus dan licin  lalu diampelas dengan sejenis daun berbulu yang bernama bajakah tampelas. Pada kumpang mandau biasanya diberi hiasan manik-manik, atau bulu-bulu burung seperti burung haruei, burung tingang, burung tanjaku atau burung baliang.
Kumpang mandau diberi tali yang terbuat dari anyaman rotan. Guna tali untuk mengikat mandau di pinggang karena memang demikianlah cara tepat membawa mandau. Cara memakai mandau yang benar ialah diikat dipinggang kiri, kupang mandau arah kedepan, dan mata mandau menghadap ke atas. Tali kumpang selain dipakai untuk mengikat mandau pada pinggang juga tempat mengikat dan menyimpan penyang yaitu taring-taring binatang  dan benda-benda kecil bertuah sebagai jimat.
Pada bagian depan kumpang dibuat sarung kecil untuk menyimpan langgei Puai. Langgei Puai ialah sejenis pisau kecil pelengkap mandau.  Tangkainya panjang sekitar dua puluh sentimeter dan mata pisaunya berbentuk lebih kecil dari tangkainya. Bentuk mata pisau semakin ke ujung semakin runcing  dan sangat tajam. Gunanya untuk membersihkan dan menghaluskan benda-benda seperti rotan, juga berfungsi untuk mengeluarkan duri yang terinjak di telapak kaki, karena di masa yang telah lalu orang Dayak berkelana di hutan tanpa alas kaki. Sarung atau kumpang langgei melekat pada sarung atau kumpang mandau, sehingga mandau dan langgei Puai selalu dekat tak terpisahkan.
(sumber:http://zipoer7.wordpress.com/2011/04/14/mandau-pusaka-suku-dayak/)

0 komentar:

Posting Komentar