Rabu, 15 Januari 2014

Posted by Unknown On 06.58





Rumah Adat Bali memang unik, inilah yang membuat para wisatawan asing bersinggah lebih lama di pulau Bali. Karakteristik alam pedesaan nan asri dibalut dengan nuansa religius membuat rumah adat Bali semakin kharismatik. Pada aspek geografis rumah adat Bali ada dua macam yaitu rumah Tradisional Bali dataran tinggi dan rumah Tradisional Bali dataran rendah. Daerah dataran tinggi pada umunya bangunannya kecil-kecil dan dindingnya tertutup untuk menyesuaikan lingkungan yang dingin. Tinggi atap relatif pendek untuk menghindari sirkulasi udara yang terlalu sering. Dalam satu bangunan dapat dipakai berbagai aktifitas sehari-hari seperti tidur, memasak dan juga digunakan untuk upacara ritual di hari-hari tertentu. Luas dan bentuk pekarangan relatif sempit dan tidak beraturan disesuaikan dengan keadaan tanah tempat tinggalnya.
rumah adat bali Daerah dataran rendah memiliki pekarangannya luas dan datar sehingga bisa menampung beberapa orang, umumnya berdinding terbuka dan masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Seperti bale daja untuk ruang tidur dan menerima tamu penting, bale dauh untuk ruang tidur dan menerima tamu dari kalangan biasa, bale dangin untuk upacara, dapur untuk memasak, njineng untuk lumbung padi, dan tempat suci untuk pemujaan. Rumah keturunan keluarga raja dan brahmana pekarangannya dibagi menjadi tiga bagian yaitu njaba sisi (pekarangan depan), njaba tengah (pekarangan tengah) dan njero (pekarangan untuk tempat tinggal).
Bahan bangungan juga mencerminkan status sosial pemiliknya. Masyarakat biasa menggunakan popolan (batu yang terbuat dari lumpur tanah liat) untuk dinding bangunan, sedangkan golongan raja dan brahmana menggunakan tumpukan bata-bata. Proses pembangunan diawali dengan pengukuran lahan yang disebut dengan nyikut karang. Lalu dilakukan caru pengerukan karang yaitu ritual persembahan kurban dan mohon izin untuk membangun rumah hampir sama seperti membuat rumah adat jawa. Upacara ritual dilakukan peletakan batu pertama yang disebut nasarin, bertujuan untuk memohon kekuatan pada  bumi pertiwi agar kelak bangunan menjadi kuat dan kokoh dan pekerja atau tukang dilakukan upacara prayascita untuk memohon bimbingan dan keselamatan dalam bekerja. Jika semua ritual sudah dilaksanakan barulah pembangunan dimulai. Masyarakat Bali selalu mengawali dan mengakhiri suatu pembangunan dengan upacara atau ritual. Semua ritual tersebut pada intinya bertujuan memberi kharisma pada bangunan yang akan dibangun dan untuk menjaga keselarasan hubungan manusia dengan Penciptanya, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya.

(sumber: http://9triliun.com/artikel/1316/rumah-adat-bali.html)

0 komentar:

Posting Komentar